Posts

Showing posts with the label Words

A New Temporal Wave

Lagi, aku terbawa ombak yang datang dalam sekejap. Airnya sangat lembut dan memiliki kekuatan untuk membuatku tidak membara saat aku tidak ingin menjadi diriku sendiri. Dia adalah ombak yang kesekian. Seperti yang lain, hanya aku yang bisa merasakan deburannya. Ombak itu bahkan tidak tahu kalau dia mengenaiku saat menggulung dirinya di tepian laut. Padahal, bukan hanya aku yang terkena sapuannya. Aku yakin dia bahkan tidak peduli dengan orang-orang yang sudah dilewatinya. Namun kenapa aku yang harus menanggung beban perasaan yang cukup membuatku gusar ini? Dia adalah ombak yang ke sekian. Yang kalau dipikir lebih dalam, maka ombak itu hanya hidup di pikiranku. Yang semakin bertambah hari semakin menaikkan kegundahanku. Bahkan saat cipratannya tidak mengenaiku, aku masih akan tetap melirik kearahnya. Aku paham betul beberapa hari lagi aku tidak akan merasakan semua hal ini. Seperti biasa, semua perasaan itu akan hilang dan ombak itu hanya akan menjadi beberapa kubik air di lautan. Walau...

A Cold Starry Night

Aku sering bermimpi tentangmu akhir-akhir ini. Kau mengajakku naik naga peliharaanmu yang besar itu. Aku menolaknya, tapi kau tidak marah ataupun bertanya alasannya. Langkah kakimu yang biasanya besar, saat itu kecil karena aku kerap marah-marah karena lelah mengikutimu. Kau bahkan tidak mengeluh saat kuajak berjalan diatas sneakers mu. Tidak sepatah kata kau ucapkan, hanya anggukan dan diam, atau sebuah senyum kecil yang keluar dari wajahmu. Memang selalu seperti itu caramu menghadapiku. Bahkan kau tidak menikmati segelas kopi yang kau suka karena aku membencinya. Donat yang tidak biasa menyentuh bibirmu pun dengan lincah menari di dalam mulutmu. Kau tidak banyak berucap saat bersamaku. Aku pun terbiasa dengan tatapan dan bahasa tubuhmu yang tidak banyak namun selalu berhasil kuartikan. Senyum itu, dan, mata itu. Dua hal yang sangat kusuka darimu, walaupun jarang kutemui bahkan setelah berjam-jam bersamamu. Menjadi sebuah pertanyaan yang berlarut-larut tentang sikapmu setiap bertemu d...

Safe and Sound

I remember tears streaming down your face When I said, "I'll never let you go" When all those shadows almost killed your light Suatu hari aku berjalan melewati sebuah lembah. Kau ragu dan sembunyi di balik badanku. Hatiku bertanya bagaimana perasaanmu, saat tahu bahwa lembah ini tidak ada ujungnya. Kau menatapku nanar. Matamu seakan mengatakan semua yang perlu kau katakan.  I remember you said, "Don't leave me here alone" But all that's dead and gone and passed tonight Saat rembulan datang untuk menemuimu, semua binatang menepi seakan ingin tahu. Warna merah di hidungmu cukup menggambarkan betapa kejamnya malam itu. Dan saat mereka menyuruhku untuk pergi, tanganmu langsung mengait tanganku. Kutatap dalam-dalam kedua bola matamu, ada temanmu yang menari dengan senangnya disana. Takutmu, ragumu, khawatirmu, mereka tertawa. Just close your eyes The sun is going down You'll be alright No one can hurt you now Come morning light You and I'...

Malam-malam yang Hangat

Image
Setelah beramai-ramai meninggalkan habitatnya, ribuan semut membangun kembali kehidupan mereka. Satu diantaranya adalah seekor semut bermata coklat dengan sepucuk daun yang terlipat rapi di tangannya. Dia bukanlah pasukan pembawa bahan makanan, bukan juga pasukan pengirim surat. Sang semut kecil juga tidak begitu yakin dengan perannya dalam kawanan itu. Yang dilakukannya hanyalah mengikuti alur kehidupan yang dibangun bersama oleh semut-semut lain di sekitarnya. Tak tahu apa yang mungkin akan dijumpainya di depan, tak tahu pula apa yang akan terjadi jika dia berjalan ke belakang. Yang pasti, dia tidak pernah berhenti berjalan. Sepucuk daun di tangannya sudah memiliki banyak garis-garis luka karena terlalu sering dibiarkan dalam posisi tertekuk. Tidak ada satupun semut di kawanan yang tahu tentang daun itu. Hanyalah semut kecil bermata coklat, dan Tuhan yang tahu. Hanya ada satu semut di dunia ini yang menyimpan jutaan perasaan di selembar daun. Perasaan akan sesuatu yang tak akan pern...

Worst

Pernahkah kau diremehkan oleh orang lain yang sama sekali tidak tahu kemampuanmu? Pernahkah kau disingkirkan oleh orang lain bukan karena kemampuan, tapi karena derajatmu? Pernahkah kau merasakan setiap kata yang meremehkanmu itu menusuk-nusuk jantungmu? Dan pernahkah orang lain tidak mengakui adanya dirimu hanya karena mereka tidak mengakui kemampuanmu? Kalau kau pernah merasakannya, setidaknya kau tahu bagaimana perasaanku saat ini.

Burung Kertas Oranye dan Surat-surat

Terkadang aku bertanya Apa kau masih menyimpannya Kata-kata yang kurangkai dan kuselipkan di motormu Burung kertas oranye itu Dialah 'Pak Pos'-ku Apa kau menyimpannya bersama isi hatiku? Atau kau buang begitu saja? ---------------- Datanglah rindu Bersama surat itu Aku menunggu ---------------- Apa kau tidak ingin tahu? Sayangku, aku selalu menunggu Walaupun seribu atau sejuta kertas pun Aku tetap menunggu Sudah kutampakkan sejatiku Sudah kutawarkan untuk sudahi Tapi kau tetap membisu Apa mungkin kau masih menginginkan surat-surat itu? Atau justru kau tidak benar-benar membacanya? ---------------- Diam, Sayangku Aku memikirkanmu Dalam Merindu ***Nurika Ramadhani***

Angkasa yang Penuh Rindu

Tidakkah kau lihat, banyaknya bintang yang mengangkasa setiap harinya? Dan tahukah kamu bahwa mereka membawa rinduku kepadamu?

Seberapa Jauh Aku Melihatmu

Sejauh manakah kau bisa melihat? Aku tahu, pasti jauh sekali. Aku? Mataku minus setengah. Setengah! Setengah saja sudah membuatku buram saat melihat papan tulis. Tapi tahukah kamu? Walaupun begitu, aku tetap bisa melihat dengan jelas segala kelebihanmu. Sangat jelas. Aku tidak tahu kenapa, tapi, setiap aku melihatmu, tidak ada kekurangan di depan mataku. Yang ada hanyalah pancaran keindahan yang kamu miliki. Biarlah mereka memperolok kekuranganmu yang tidak kuketahui itu. Aku akan tetap mendukungmu dengan segala kelebihanmu.

Berita Pagi

Image
Bunga abadi ini mengantarkan berita buruk yang harusnya menyenangkan... Kejam..

Smiley Kite

Image
Ada sesuatu di senyummu yang membuatku terdiam saat melihatnya. Aku... merasa berada di rumah. Kelereng indah itu membawaku pulang setiap saat aku berada jauh dari istanaku. Akan kukirimkan layangan tanda terimakasihku, karena senyummu yang selalu berhasil membangkitkan semangatku. Sama seperti kau yang selalu menerbangkan kebahagiaanmu, dan membaginya dengan dunia.

My Poor-and-Lucky Eyes

Mata ini tersenyum saat kau terbang di hadapanku, dengan sayapmu yang telah pulih. Kau memandang dengan tatapanmu yang penuh arti. Mata ini terdiam, sebab setelah pandangan indahmu itu, muncul senyum yang lain. Mataku akhirnya harus memilih. Antara tatapan itu, dan senyum itu Belum kutemukan jawabannya. Apapun itu harus kuingat. Kala matahari terbit lagi, dan barisan sudah diluruskan. Aku harus mencetuskan. Apa jawaban dari kebimbanganku kali ini.

Bayanganmu di Mataku

Mata ini terasa panas saat bayangan akan dirimu tidak mampir di hadapanku. Kumohon, jangan buat mata ini buta karena tidak pernah melihat parasmu.

Sudut Pandangku

Saat seluruh dunia membicarakan kekuranganmu, aku masih akan memuji kelebihanmu.

Diamku

Aku terdiam saat mereka meneriakiku Aku terdiam saat mereka menghujatku Aku terdiam saat mereka menghunuskan kata-kata jahat tentang diriku Biarlah aku diam Karena aku tahu, ketenangan ada dalam diamku

Doa Untuk Kita

Kekhawatiranku kali ini, akan kulapisi dengan sebuah doa, agar diriku merasa tenang. Sehingga mataku dapat melihat paras indahmu lagi disaat kau datang.

Kekhawatiran yang Aneh

Yang aneh dariku: Selalu mengeluh saat tidak bisa melihatnya.  Padahal satu langkah saja mungkin sudah cukup untuk melegakan kekhawatiran akan kerinduan yang datang setiap malam. 

Malamku dan Wajahmu

"Aku ingin berterimakasih kepada malam-malam, tepatnya saat aku memejamkan mataku, tetapi pikiranku masih terbangun untuk merangkai serpihan-serpihan kecil kisah yang belum juga kutemukan saat ini. Dia selalu membantuku tersenyum setiap malam sebelum aku tertidur, hanya dengan mengingatkanku akan wajahmu." -Nurika Ramadhani.  Kediri, 12 Oktober 2012

Aku, Mereka, dan Neptunus

Image
Layang Layang Selain menulis surat dan dihanyutkan perahu kertas, sesekali ingin kucoba menulis harapan di layang-layang.  Kutulis di kertasnya yang tipis, kurekatkan pada bambu penahannya. Kuterbangkan layangan itu, biar dia berdansa dengan udara. Swing atau tango, entahlah. Benangnya akan kupegang erat, lalu di saat aku siap, kulepaskan dengan senang hati. Biarlah layangan harap & doaku pergi. Meninggi. Aku tak tahu kemana angin akan menculiknya. Apakah layang-layang itu akan tersangkut di awan. Terlilit pada temali diantara lekuk jejeran tiang listrik. Sembunyi di ranting pohon yang mulai teranggas benalu. Atau… Terjatuh di atap rumahmu. Yang jelas, aku sudah menuliskan inginku di layangan itu. Semoga terbaca dan aksaranya terselip di iris matamu. ….disitu tertulis juga pesan, aku merindumu. Layang-layangku, jatuhlah di tanah yang kau ingin tuju. Jakarta, 19 Desember 2011 -Rahne Putri Memang akhir-akhir ini aku menemukan kesamaan diriku yang ada...

Living on the new life

Image
When someone is tryin to break me, i'll say,"Go on!" So that i can learn the bitter-thing of life. And living the new game of life. Cemungud kawan, life must go on!

Rembulan di Pagi Hari

Hilang Semuanya lenyap Ditelan dinginnya embun pagi Tinggal aku disini Tersenyum kepada indahnya sinar mentari Yang lain hanya bisa berlari Tapi ujung takkan pernah menampakkan diri Aku, adalah rembulan Yang masih berusaha bersinar Walau dihujani tajamnya sinar sang surya Aku, juga bisa berdiri Walau semuanya, telah hilang ditelan cahaya mentari