Setengah Menyerah

Aku lemah. Jiwaku sering terbawa bisikan angin yang menyapa. Setiap detak jantung melafalkan alunan lesu yang tak kunjung mereda. Hari-hariku tertutup oleh awan abu-abu yang terbentuk dari kata. Namun, meski begitu, kulalui semuanya dengan tetap menggenggam hatiku di tempat semula. Tak kubiarkan diri ini pergi dari tempat yang seharusnya. Walaupun tarikannya kuat, aku pasti punya cara untuk menahan diri agar tidak terbawa. Tapi taukah kamu, akhir-akhir ini cengkramanmu erat sekali. Aku sampai hampir merasa sakit karenanya. Sepertinya aku yang lemah ini memang terlalu berusaha melawan takdir dengan mencoba bertahan. Yang tidak pernah kusadari bahwa sejak awal sebenarnya aku sudah mengikuti arusnya, namun selalu membelakanginya. Tak pernah ada lantunan dari bibir yang mengaku bahwa aku benar-benar lemah karenamu. Padahal serpihan kata indah untukmu sering kuhanyutkan dalam setiap doaku. Apakah mungkin karena kamu yang memang tidak tahu kalau kamu sudah sukses menarikku ke dalam lubang hitammu? Atau karena memang aku yang tidak mampu menerima kenyataan bahwa aku hampir sepenuhnya menyerah kepadamu?


-Nurika Ramadhani-

Comments

Popular posts from this blog

Sesuatu di Balik itu Semua

Safe and Sound

A Cold Starry Night