Jam Kosong

Jam kosong.
Apa yang ada di pikiranmu saat mendengar kata itu?
Senang? Bahagia? Bebas? Atau… sedih?
Mungkin kalau aku masih kelas 9 atau dibawahnya, aku akan mengatakan kalau aku senang. Akhirnya ada waktu untuk istirahat dan aku bisa bersenang-senang dengan teman-teman sekelasku.
Tapi…
Sekarang aku sudah tidak di kelas 9 lagi. Aku sudah naik satu tingkat. Dan aku harus pindah sekolah. Aku harus bertemu dengan muka-muka baru. Yang kupikir akan menyenangkan, ternyata malah membuatku kesal.
Kembali ke topik awal.
Jam kosong.
Ya, sekarang ini sedang jam kosong. Walaupun memang minggu ini adalah minggu terakhir di sekolah sebelum liburan semester. Jadi tidak ada pelajaran setiap hari. Karena itu kami para siswa diharuskan mengikuti Pekan Ceria yang justru membuat kami lelah dan sama sekali tidak ceria.
Kelasku sudah tampil. Jadi aku memilih tinggal di kelas dan membaca novel daripada menyaksikan pekan 'ceria' itu.
Aku duduk di pojok kelas sambil membaca novel. Sendirian. Anak-anak yang lain lebih tertarik dengan kegiatan yang lain daripada repot-repot membaca novel sepertiku.
Biasanya kalau aku sendirian saat jam kosong seperti ini, pasti ada saja yang menggeret kursi dan duduk di sebelahku. Hanya untuk menemaniku. Menemaniku yang padahal sedang serius membaca novel, dan mungkin tidak mau repot untuk mengajaknya berbincang sebentar.
Tapi sekarang, jangankan duduk disebelahku. Memanggilku untuk bertanya apa yang sedang kulakukan saja tidak ada yang mau. Paling mereka hanya memanggilku untuk meminjam sesuatu. Bahkan beberapa orang yang berada tidak jauh dariku saja tidak mau repot untuk menoleh. Mungkin mereka semua menganggap aku tidak ada. Tidak ada.
Jam kosong.
Apa yang ada di pikiranku saat mendengar kata itu? Kau bertanya, senang? Bahagia? Bebas? Atau… sedih?
Kalau dulu mungkin aku akan menjawab senang, bahagia, dan bebas. Namun sekarang, aku akan menjawab, sedih.

Comments

Popular posts from this blog

A Cold Starry Night

A New Temporal Wave

Safe and Sound